Assalamu'alaikum...

Assalamu'alaikum... Selamat Datang Di Blog "Studies On Islam" Bukan Maksud Untuk Meng-Gurui, Kita Hanya Saling Mengingatkan Dan Berbagi, Semoga Kita Dapat Mengambil Hikmahnya..

Selasa, 01 Januari 2013

Katakan TIDAK Pada Tahun Baru !



Tanggal 1 Januari tidak layak mendapatkan pengagungan, apalagi
perayaan, meski hanya dengan ucapan selamat.

Sebab, semua aktivitas tersebut adalah bentuk kegembiraan atas momentum tertentu yang tidak disyariatkan oleh Islam.

Momentum apakah itu?

Tahun baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Pada mulanya perayaan ini dirayakan oleh orang Yahudi yang dihitung sejak bulan baru pada akhir September.

Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada tanggal 1 Januari. Kalender Julian ini kemudian digunakan secara resmi di seluruh Eropa hingga tahun 1582 M ketika muncul Kalender Gregorian.

Januari dijadikan sebagai awal tahun karena diambil dari nama dewa Romawi “Janus” yaitu dewa bermuka dua ini, satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang.

Dewa Janus adalah dewa penjaga gerbang Olympus. Sehingga diartikan sebagai gerbang menuju tahun yang baru.

Sementara tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara terkait dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka yang tentu saja sangat bertentangan dengan Islam.

Salah satu contohnya di Brazil. Pada tengah malam setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan pakaian putih bersih.

Mereka menaburkan bunga di laut, mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai tanda penghormatan terhadap sang dewa Lemanja—Dewa laut yang terkenal dalam legenda negara Brazil.

Begitulah, tahun baru di beberapa tempat dalam perjalanannya identik dengan kebudayaan yang berkaitan dengan akidah (keyakinan) tertentu.

Bahkan kini -di Barat khususnya- tahun baru identik dengan budaya hura-hura dan seks bebas.

Semua bentuk perayaan tersebut jelas-jelas merupakan tindakan penyimpangan terhadap akidah dan syariah yang diturunkan Allah SWT. Perayaan tahun baru adalah budaya yang dimiliki oleh kaum di luar Islam.

Sebuah hadlarah (budaya) -yang terikat dengan pandangan atau akidah tertentu- selamanya akan mengikat bagi pemeluknya.

Demikian pula dengan perayaan 1 Januari, ia tetap lekat dengan budaya kaum merayakan di awal kelahirannya.

Oleh karena itu, kaum muslim yang merayakan tahun baru meski dengan aktivitas yang mubah hakikatnya telah terperangkap pada hadlarah asing.

Rasulullah saw telah memperingatkan hal ini kepada kita dalam hadistnya:

”Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Dawud).


ada lagi dari Sunan Al-Baihaqi IX
"Barangsiapa yang membangun negri orang-orang kafir, meramaikan peringatan hari raya nairuz (tahun baru) dan karnaval, serta menyerupai mereka.apabila sampai meninggal dalam keaadaan demikian, maka ia akan di bangkitkan bersama mereka di hari kiamat" (Sunan Al-Baihaqi IX/234).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar